Minggu, 11 September 2016

Unknown

Rukun Islam

Jalsatul Istnain Majelis Rasulullah SAW
Habib Ja’far Bin Baghir Alathos



السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ 
الحمد لله رب العالمين، والصلاة والسلام على سيد المرسلين
والإمامالمتقينسيدنَاو حبَيبينَاوقُرَّةَ أَعْيُنِنَا
ونور قلوبنا محمد وعلى آله وصحبهأجمعين
رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي يَفْقَهُوا قَوْلِي

Hadirin hadirot wa bil khusus para Habaib para alim ulama, para tokoh masyarakat wa bil khusus Sayyidil Walid Akhinal Fadhil Alhabib Hud Bin Baghir Bin Abdullah Bin Salim Alathos mata’anallah wa iyyakum  bitulihayati semoga Allah SWT panjangkan umur beliau sehatkan badan beliau diberikan keberkahan ilmu keberkahan keturunan rizqi keberkahan dunia akhirat (aamiinn amiinnn yaa robbal ‘alamiinnn), kemudian juga yang lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang laki yang prempuan, yang tua yang muda, yang anak-anak bahkan yang kita niatkan didalam diri kita yang kita taruh didalam sanubari kita dari keluarga kita, family kita, kerabat kita, tatangga kita, ummat Nabi Besar Muhammad SAW, Allah SWT terus curahkan pemberian-pemberiannya yang terbesar yang dari doa Rasulullah SAW, juga kita mendapatkan maghfirah dari Allah SWT juga mendapatkan Taufiq dari Allah SWT berkat doa langsung dari Rasulullah SAW dalam keberkahan bulan sya’ban dan mudah-mudahan kita disampaikan semua masuk kedalam bulan puasa Ramadhan dalam keadaan sehat wal afiyah panjang umur dalam ta’at kepada Allah SWT dan menggapai Ridwanallahil akbar (amiinn amiinn amiinn yaa robbal’alamiin).
Kita berada dalam awal bulan sya’ban, bulan yang diajakn kita banyak bersholawat kepada Baginda kita Muhammad Rasulullah SAW, juga bulan yang kita juga diajak oleh ulama-ulama kita untuk banyak mendoakan para arwah orang tua kita, kerabat kita, family kita, keluarga kita, ummat Nabi Besar Muhammad SAW agar Allah SWT berikan daripada ampunan juga keridhoan Allah SWT di alam kubur mereka yang mudah-mudahan yang dinamakan ini bulan Rowah oleh orang-orang betawi jadi bulan penyemangat kita untuk kita benar-benar memacu diri kita untuk menyambut datangnya bulan Puasa Ramadhan yang dahulu para ulam kita 6 bulan sebelumnya udah siap-siap untuk rindu dengan masuknya bulan Ramadhan, paling tidak kalo orang kita bilang “Sya’ban ini memacu benar-benar” sehingga kita dingatkan dengan menghadiri ziarah kubur mendoakan orang-orang tua kita dan terus mempelajari mengambil faedah dari ziarah kita dar orang-orang yang telah mendahuli kita bahwa kita akan sama seperti mereka, bahwa kita juga akan dipanggil oleh Allah SWT, paling tidak itu memacu semngat kita untuk benar-benar beribadah maksimal kepada Allah SWT dan kita datang bulan Ramadhan dalam kekuatan beribadah maksimal kepada Allah SWT, karena pahala yang berlipat-lipat ganda disediakan oleh Allah SWT. Mudah –mudahan Allah SWT berikan Taufiq hidayah selalu kepada kita (aammiinn yaa robbal’alamin).

Kemarin kita masuk masuk pelajaran kita didalam kitab Safinntunnajah, kemarin kita bahas Rukun islam ada 5, ini awalan yang patut benar-benar kita sebagai muslim faham mengerti bahwa kita punya tanggung jawab didalam syariat Allah SWT yang merupakan pondasi-pondasinya 5 ini, walaupun tanggung jawab dalam beragama islam banyak sekali, tapi yang merupakan rukun-rukunnya yaitu ada 5 ini, bahkan yang paling berat yaitu yang dikaitkan dengan Isra’ wal Mi’rajnya Rasulullah SAW yaitu masalah “Assholah” yang merupakan wasiat terakhir Rasulullah SAW :

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ الْمِقْدَامِ، حَدَّثَنَا الْمُعْتَمِرُ بْنُ سُلَيْمَانَ، سَمِعْتُ أَبِي يُحَدِّثُ، عَنْ قَتَادَةَ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، قَالَ: كَانَتْ عَامَّةُ وَصِيَّةِ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم حِينَ حَضَرَتْهُ الْوَفَاةُ وَهُوَ يُغَرْغِرُ بِنَفْسِهِ: ” الصَّلَاةَ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ
Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Al-Miqdaam, telah menceritakan kepada kami Al-Mu’tamir bin Sulaimaan, aku mendengar Ayahku menceritakan, dari Qataadah, dari Anas bin Maalik -radhiyallaahu ‘anhu-, ia berkata, “Wasiat Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam secara umum ketika beliau akan wafat menjelang sakaratul maut adalah, “Shalat, dan hamba-hamba sahaya yang kalian miliki.”
[Sunan Ibnu Maajah no. 2697]

Sholat, sholat, dan tanggung jawab kalian terhadap budak-budak kalian, wanita-wanita kalian, anak-anak wanita kalian istri kalian dan pembantu-pembantu budak kalian. Menjadi pandangan khusus dari Rasulullah SAW di akhir hidupnya sehingga perhatian beliau untuk kita semua bener-bener perhatian lebih untuk masalah sholat kita, kalau rukun pertama yaitu Syahadat :

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ
“Tiada Tuhan Selain Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah SWT”

Yang kemarin telah kita bahas bahwa Syahadat ada 3 tahap, yaitu ada yang Syahadat Badaniah, hanya lisan itu yang merupakan patokan manusia dianggap islam secara hukum dhohir, dan berbicara mengucapkan Syahadat:

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ
“Tiada Tuhan Selain Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah SWT”

Maka dijadikan untuk sahnya keimanan seseorang dan dianggap orang itu sebagai seorang muslim dengan dia Syahadat, tapi ingat! Harus terus dinaikkan levelnya, harus ditingkatin sampai benar-benar keluarnya dari nurani kita hati kita, sampai nanti Syahadat tersebut menjadi bukan lagi dengan lidah tapi seluruh tubuh kita sudah bersyahadat kepada Allah SWT, hati kita juga pun yang merupakan tempat pandangan Allah SWT benar-benar bersyahadat kepada Allah SWT, dan kemudian rohani kita bersyahadat kepada Allah SWT yang merupakan rukun agama kita yang merupakan dalil daripada yang ditanyakan sayyidina Jibril kepada Rasulullah SAW didalam hadits Jibril dimana Rasulullah SAW ditanya tentang islam yaituYang pertama Syahadat :

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ
“Tiada Tuhan Selain Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah SWT”

Yang kedua yaitu Sholat, Sholat didalam semua madzhab kecuali kita madzhab Imam Syafi’i masih ada keringanan, kalau yang lain mengambil secara dhohir, kebanyakan ngambil hadits:

العَهْدُ الَّذِي بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ الصَّلاَةُ فَمَنْ تَركَهَا فَقَدْ كَفَرَ
Perjanjian antara kami dengan mereka adalah shalat. Siapa yang meninggalkan shalat maka telah kafir (HR. Tirmidzi)
“Siapa orang yang meninggalkan sholat secara sengaja maka dia telah kufur secara terang-terangan”. Kebanyakan Ahlussunah Wal Jamaah imam Madzhab mengatakan kufur dan wajib dia bersyahadat lagi. Kecuali Madzhab imam Syafi’i, jikalau dia hanya sengaja meninggalkan sholat karena malas masih dikasih toleransi sampai 3 hari, dimintain ampunan taubat kepada Allah SWT selama 3 hari, kalau dia masih tidak mau melakukan sholat karena malasnya berhari-hari 3 hari, maka dia dibunuh dipenggal walaupun itu yang melakukan hakim islam. Kita ini masalahnya belum bisa membedakan mana hakim, mana alim, mana mufti ketiganya itu beda dan itu pembahasan yang bukan pada tempatnya sekarang kita bahas. Kita harus bisa membedakan, Jadi ada hakim islam dia yang menentukan yang memfonis (potong tangan, penggal leher, cambukan)  semua hukuman dia yang menentukan, tidak bisa diserahkan kepada mufti dinergeri seseorang. Atau orang alim, karena orang alim yang berbicara seperti saya yang mengatakan 3 hari dia meninggalkan sholat berturut-turut maka hukumnya dipenggal, kemudian besok banyak yang mati? Lalu saya yang dituntut? Tidak bisa seperti itu, karena harus membedakan antara penyampaian Bayyan dan Ifta’ Fatwa seorang Ulama, kemudian Hukum  Fonis dari Ghodi’. Ghodi’ ini seorang yang harus ditunjuk oleh pemerintah islam, kalau kita kan Pancasila, kalau mau jadi pancasila jangan mengutak ngatik daripada hukum kita yang berkaitan dengan hukum kita yang berkaitan dengan masalah Syariat Allah SWT , kita punya konstitusi Pancasila walaupun secara praktek sebagai muslim kita menjalankan semua Syariat Allah SWT, tidak boleh kita keluar dari garis yang digariskan oleh Allah SWT tapi kita mengikuti perintah daripada hukumah pemerintah kita, itu kewajiban yang diwajibkan juga setelah perindah Allah SWT dan RasulNya kita jalankan baru kita harus Ta’at kepada pemerintah kita, walaupun pemerintah kita itu Budak Ethopia yang Dholim yang keras yang menekan kita selama tidak mengajak kita kepada Kufur membawa kepada kekufuran yang terang-terangan (dilarang kita sholat, dilarang kita puasa) dengan Dalil-dalil yang Qod’ih, semua dalil-dalil qod’ih apabila pemerintah kita melarang kita melakukannya maka kita boleh memerangi pemerintah, selama masalahnya Dzonni, selama masalahnya Furuiyyat, selama masalahnya Ikhtilaful ulama maka tidak bisa kita menentang dari pemerintahan kita, kita dianjurkan oleh Rasulullah SAW untuk taat kepada pemerintah kita.

Ini Sholat hukumnya 3 daripada Imamul Madzahib mengatakan hukumnya kafir bagi orang yang sengaja meninggalkannya kecuali Imamu Syafi’i, Imamu Syafi’i kalau karena malas dia meninggalkannya maka dimintakan taubat selama 3 hari, kalau tidak dia dibunuh dipenggal dengan fonis dari Ghodi’ yang ditunjung oleh pemerintah Islam, dia menentukan untuk memfonis orang tersebut dengan penggal kepalanya dan dikuburkan di tempat pemakaman orang islam, itu Madzhab Kita Imam Syafi’i. Tapi kalau meninggalkannya karena ingkar kewajiban (contoh: “Aku tidak wajib Sholat, aku ga wajib Sholat Dzuhur, aku tidak wajib Shlat Ashar) tanpa Udzurnya, itu termasuk pengingkaran pembangkangan terhadap Allah SWT maka itu orang Kafir, dihukumkan oleh Imam Syafi’i. Mudah-mudahan kita bener-bener jaga diri kita, kalau sudah 3 Madzhab memfonis kita dengan kafir dan wajib kita untuk bersyahadat lagi maka Naudzubillahimindzalik kalau kita masih meremehkan masalah Sholat.

Kemudian zakat, kenapa katanya kok hakim yang paling keras hukum sholat didalam masalah yang berkaitan dengan hukum islam? karena masalah Zakat masalah puasa sulit untuk pebuktiannya hakim, kalau sholat bisa di buktikan, tapi kalau puasa ada alasannya mungkin saja dia sakit, mungkin saja bisa menghindar atau mengelak daripada alasan-alasan yang bisa dibuat-buat, tapi kalau sholat tidak bisa, maka hakim memaksa orang tersebut untuk minta taubat, sedangkan yang lainnya haji itu jikalau mampu, kalau tidak mampu maka tidak wajib haji. Lalu zakat kalau dia bukan orang-orang yang punya kelebihan, kalau dia orang yang fakir yang miskin yang berhak menerima zakat maka belum tentu dia harus mengeluarkan zakat. Tapi kalau Sholat hakim wajib dia menekan orang yang meninggalkan sholat untuk melaksanakan sholat perintah Allah SWT, karena kita tau sholat ini menerima perintahnya langsung didalam kalimat yang sangat istimewa yaitu undangan Allah SWT diterima oleh Rasulullah SAW untuk mengambil mi’raj untuk ummatnya kepada Allah SWT dengan melakukan Assholah “Sholat”.

“Sholat adalah hubungan antara seorang hamba denga Tuhannya”

Kemarin kita sudah bahas menunaikan zakat, kita tidak akan uraikan disini karena Babnya sendiri-sendiri ada Sholat, zakat, puasa, haji itu ada sendiri-sendiri . Menunaikan Zakat, mendirikan Sholat dengan rukun dan syarat-syarat menjaganya secara maksimal  dengan hukm yang disahkan untuk melakukan sholatnya, karena hukum islam hukum Dhohir, kemarin  Al islam Al indhiyat wa ist tislam bil ahkami syar’iyatil amaliyah (tunduk patuh dengan hukum-hukum islam yang dhohir yang sifatnya Amalan) amalan-amalan Dhohir itu yang dimintakan didalam masalah islam secara badaniah kita/ibadah Badaniah kita.

Sekarang kita masuk kedalam ibadah Qolbiyah, ibadah yang dari hati. Nah ini yang menentukan sebenarnya keislaman seseorang itu jujur/tidak, karena mungkin orang sholat mungkin orang ibadah badannya beribadah tetapi hatinya tidak itu dinamakan dengan Annifaq.

Yudzhirul islam wa yudzminu kufrah
“Dia tampakkan keislamannya tapi dia pendam disembunykan kekafiran didalam hatinya”






وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ آمَنَّا بِاللَّهِ وَبِالْيَوْمِ الآخِرِ وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِينَ

“Di antara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian, pada hal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.”
QS. al-Baqarah (2) : 8

يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ

“Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, pada hal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.”
QS. al-Baqarah (2) : 9

فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ

“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.”
QS. al-Baqarah (2) : 10

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لا تُفْسِدُوا فِي الأرْضِ قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ

Dan bila dikatakan kepada mereka: “Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi”. Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.”
QS. al-Baqarah (2) : 11

أَلا إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَ وَلَكِنْ لا يَشْعُرُونَ

“Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.”
QS. al-Baqarah (2) : 12

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ آمِنُوا كَمَا آمَنَ النَّاسُ قَالُوا أَنُؤْمِنُ كَمَا آمَنَ السُّفَهَاءُ أَلا إِنَّهُمْ هُمُ السُّفَهَاءُ وَلَكِنْ لا يَعْلَمُونَ

Apabila dikatakan kepada mereka: “Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman. Mereka menjawab: “Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman? “Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh, tetapi mereka tidak tahu.”
QS. al-Baqarah (2) : 13

وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا إِلَى شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ

Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: ” Kami telah beriman “. Dan bila mereka kembali kepada syaithan-syaithan mereka, mereka mengatakan: ” Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok “.
QS. al-Baqarah (2) : 14

اللَّهُ يَسْتَهْزِئُ بِهِمْ وَيَمُدُّهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ

“Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terumbang-ambing dalam kesesatan mereka.”
QS. al-Baqarah (2) : 15

أُولَئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوُا الضَّلالَةَ بِالْهُدَى فَمَا رَبِحَتْ تِجَارَتُهُمْ وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ

“Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaannya dan tidaklah mereka mendapat petunjuk.”
QS. al-Baqarah (2) : 16

مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ الَّذِي اسْتَوْقَدَ نَارًا فَلَمَّا أَضَاءَتْ مَا حَوْلَهُ ذَهَبَ اللَّهُ بِنُورِهِمْ وَتَرَكَهُمْ فِي ظُلُمَاتٍ لا يُبْصِرُونَ

“Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat.”
QS. al-Baqarah (2) : 17

صُمٌّ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لا يَرْجِعُونَ

“Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar)”
QS. al-Baqarah (2) : 18

أَوْ كَصَيِّبٍ مِنَ السَّمَاءِ فِيهِ ظُلُمَاتٌ وَرَعْدٌ وَبَرْقٌ يَجْعَلُونَ أَصَابِعَهُمْ فِي آذَانِهِمْ مِنَ الصَّوَاعِقِ حَذَرَ الْمَوْتِ وَاللَّهُ مُحِيطٌ بِالْكَافِرِينَ

“Atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena (mendengar suara) petir, sebab takut akan mati. Dan Allah meliputi orang-orang kafir.”
QS. al-Baqarah (2) : 19

يَكَادُ الْبَرْقُ يَخْطَفُ أَبْصَارَهُمْ كُلَّمَا أَضَاءَ لَهُمْ مَشَوْا فِيهِ وَإِذَا أَظْلَمَ عَلَيْهِمْ قَامُوا وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَذَهَبَ بِسَمْعِهِمْ وَأَبْصَارِهِمْ إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ


“Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.”
QS. al-Baqarah (2) : 20

Golonganmunafik ini lebih berbahaya, dari sekedar kafir aja, kalau islam lawannya kafir kalau iman mu’min lawannya munafik, ini lebih dahsyat dari pada orang kafir.

إِنَّ ٱلْمُنَٰفِقِينَ فِى ٱلدَّرْكِ ٱلْأَسْفَلِ مِنَ ٱلنَّارِ وَلَن تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka.”
QS. At-Taubah [9] : 68

Bagian yang terbawah daripada neraka jahanamnya Allah SWT yaitu orang-orang yang munafik. Kalau orang-orang munafik ini sudah bertemu dengan orang-orang yang beriman dia mengatakan “Saya beriman” kalau dia bertemu dengan kawan setan-setannya kalau dia berjumpa dengan orang yang udah berfiatnya setan maka dia mengatakan “aku bersama kalian, kami hanya meledek mereka hanya mengolok-olok mereka doang”, Allah SWT yang membalas omongan mereka sesungguhnya Allah SWT yang lagi meledek dia, merendahkan dia, menghinakan dia, dan Allah SWT lagi ulur dia didalam kegelapan Hatinya dia buta daripada sinar cahaya iman yang diberikan Allah SWT.
Pada hakikatnya dia yang dibodohin oleh Allah SWT, yang di butakan oleh Allah SWT walaupun mereka merasa dirinya yang menipu orang, meledek orang, membutakan orang, menghiknakan orang, mengolok-olok orang lain sesama muslimnya, sesama orang-orang yang berimannya. Ini Arkanul Iman, karena iman itu urusan Hati.

Kemarin saya sudah kasih perumpamaan Isra’ Mi’rajnya Nabi SAW, Isra’ ialah perjalanan Badaniah yang dilakukan oleh Nabi SAW dan ibadah Badaniah bisa diambil dalilnya dengan akal, bisa diambil penjelasannya melalui akal, Isra’ diwaktu dahulu Nabi SAW kalau terjadinya dimasa kita, dizaman kita bisa cerna dengan gampang, karena perjalanan dari mekkah ke palestina Masjidil Aqsa yaitu 20.000Km tidak sampai 1 setengah jam mungkin kalau naik pesawat, kalau naik pesawatnya Zet Tempur/Sukoi mungkin 15 menit, sekarang lagi di gempur habis-habisan Syuriah (Naudzubilla min Ghodo billah) mudah-mudahan Allah SWT angkata bala dan musibah untuk saudara-saudara kita di Syuriah (ammiinnn amminnn ammiinn yaa Robbal ‘Alamiin). Kecepatan peswat itu cepat, Perkataan Imam Ahmad Almanshur dan Syeikh Muhammad Amin AlSunkity beliau mengatakan “Nabi SAW naik Buroq ke palestina itu bukan karena Nabi SAW perlu dengan Buroq tapi Nabi SAW perlu mengurangi kecepatan dirinya, karena Nabi SAW mempunyai jati diri yang terbuat dari NurNya Allah SWT, mempunyai kecepatan cahaya yang begitu dahsyat” kata beliau “kalau kecepatan matahari saja itu 300.000Km/detik, kalau dari mekkah ke Masjidil Aqso hanya 20.000Km, itu cahaya matahari namun apakah cahaya Rasulullah kurang lebih cepat daripada matahari? Tentu saja cahayanya Rasulullah SAW berganda-ganda, cahayanya matahari tidak bisa menembus cahayanya Rasulullah SAW, makanya Rasulullah SAW tidak pernah ada bayangan karena matahari kalah cahayanya dengan Rasulullah SAW. Jadi diperlukan buroq untuk memperlambat kecepatan Rasulullah SAW, itu secara terori, ini ibadah badaniah kalau terjadinya dimasa kita mungkin kita tidak heran/tidak ragu, kenapa? Karena bisa dicerna oleh akal. Tapi ketika kita berbicara mi’raj maka buroq tidak ikut campur lagi, buroq diikat ditempat ikatan para Nabi yang berkumpul di Masjidil Aqso, Buroq itu diikat oleh jibril dan Buroq itu menunggu di Palestina, sedangkan Nabi SAW memakai kecepatan dirinya bersama dengan Sayyidina Jibril dan akhirnya Jibril mundur tidak mampu menembus lagi ruang cahaya yang Allah SWT berikan. Kata Rasulullah SAW :

Setelah melewati 7 lapis langit dengan kecepatan yang Allah SWT berikan didalam tubuh Sayyidina Rasulullah SAW dan Buroq ini tidak bisa di cerna dengan akal, yang harus pakai apa? Iman, ibadahnya ibadah hati iman yang harus berbicara, akal tidak bisa tembus. Mu’jizat semuanya tidak bisa dicerna dengan baik oleh akal, walaupun zaman sekarang orang suka membias-biaskan mencari jalan ilmiahnya, tapi tetap tidak bisa sama persis hasil Mu’jizat yang Allah SWT berikan kepada Para Nabi dan Rasul. Nabi SAW Mi’raj dari langit pertama lalu langit kedua dikatakan oleh ulama, kalau kita sekarang bilang sekarang yaitu Lift, disediakan Lift yang otomatis dari Allah SWT turun dari langit dengan kecepatan Cahaya naik Rasulullah SAW. Dan beliau Syeikh Muhammad Amin AlSunkity dan Imam Ahmad Almanshur mengatakan “lebih dahsayatnya lagi kenapa dipilih palestina? Kenapa tidak dimekkah saja?” sekarang dibuktikan oleh orang-orang barat,orang amerika yang menerbangkan pesawat-pesawat luar angkasa mereka yang menerbangkan satelit-satelit mereka menembus langit yang menurut mereka itu langit, walaupun ulama kita mengatakan itu belum sampai langit pertama yang mereka tembus, mereka mengatakan langit yang berada diaatas atmosfir ini ternyata ada pintu-pintu terbuka/ruang terbuka untuk masuk persawat antariksa untuk melewati daripada garis yang sudah melewati atmosfir kita, dia baru menemukannya sekarang tetapi Allah SWT sudah katakan kepada Rasulullah SAW sebelum mereka menemukan:

وَفُتِحَتِ السَّمَاءُ فَكَانَتْ أَبْوَابًا
“Dan dibukalah langit, maka terdapatlah beberapa pintu”
(QS An Nabaa’ ayat 19)

 Dibukakan langit-langit oleh Allah SWT ternyata berpintu-pintu. Kenapa dipilih palestina? Karena Palestina adalah tempat banyaknya Nabi-Nabi Allah SWT dan para Rasul Allah SWT di kuburkan, disitu banyak keberkahan dari Allah SWT, ingin ditunjukkan oleh Allah SWT sebagaimana firmanNya:

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آَيَاتِنَا
إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya847 agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha mengetahui”.
(Q.S. Al Isra’ Ayat 1)

Allah SWT ingin memperlihatkan kebesarannya mulai dari tempat-tempat yang diberkahi oleh Allah SWT, yang merupakan tempat berkumpulnya para Nabi dan Rasul dan para malaikatnya Allah ketika Sholat di dalam Masjidil Aqso dan banyak para Rasul dikuburkan disitu maka Naik Rasulullah SAW, dan yang sampai sekarang ada yang namanya batu ngapung , itu batu ketika Rasulullah SAW naik ke Lift yang dibuat oleh Allah SWT maka itu batu tidak sabar kepengen ikut naik juga maka mengapung itu batu sampai sekarang dimasjidil Aqso katanya masih ada, walaupun saya belum kesana nih tapi sudah banyak banget yang cerita. Batu itu mengapung tetap di tempat udaranya karena mau mengikut Rasulullah SAW dan banyak yang kita dengar bahwa semua yang melekat pada Rasulullah SAW ngikut semua dengan Rasulullah SAW melebihi kecepatannya Jibril, karena apa? Bersatu dengan Rasulullah, menyatu dikulitnya Rasulullah SAW mereka ngikut sampai Sitradul Muntaha sampai kepada Allah SWT maka ikut itu semua pakaiannya Rasulullah SAW.

Ala ro’si hadzal qowl na’lu muhammadin ‘alad, fajaabii ul qowl tahtadzilalihii fa qod nuu diya musa fitturiyakhlaa wa ahmadun fauqol arsy lam yu’mar bi khol’i ni alihi.

Sendal, diatas semua alam jagad raya Allah SWT maka naik itu sendalnya Rasulullah SAW. Semuanya dibawahnya itu sendalnya Rasulullah SAW, kalau Nabi Musa ketika ingin menghadap Allah SWT disuruh lepas sendalnya Nabi Musa di tempat yang telah disediakan oleh Allah SWT.

إِنِّي أَنَا رَبُّكَ فَاخْلَعْ نَعْلَيْكَ إِنَّكَ بِالْوَادِ الْمُقَدَّسِ طُوًى
“Sungguh, Aku adalah Tuhanmu. Lepas kedua sandal mu wahai Musa kau berada di lembah yang suci”
(QS Thaahaa Ayat 12).

 Tapi Rasulullah SAW di atas ‘Arsy nya Allah tidak diperintahkan suruh lepas sendalnya oleh Allah SWT. Ini yang berbicara harus iman harus hati kita. Alhamdulillah mudah-mudahan orang disini semuanya orang-orang yang beriman sama Allah SWT, kalau sudah menimba ilmu bertahun-tahun masih islam aja masih mikir aja masih gunain akal aja, ga akan maju-maju itu iman yang ada didalam dirinya karena masih meragukan segala yang Allah SWT berikan kehebatannya didalam diri Rasulullah SWT, hati-hati jangan sampai jatuh kepada Nifaq kepada penyakit, kalau memang dasarnya ada penyakit didalam hati maka sudah tidak akan baik itulah penyakit Nifaq (Naudzubillah min Ghodo billah). Mudah-mudahan Allah SWT sucikan badaniah kita hati kita untuk mengikuti jejaknya Rasulullah SAW beriman kepada Allah SWT (aammiinnn yaa Robbal’alamiin)

Arkanul iman, Al iman attasdiq yaitu iman ialah meyakini/mempercayai, membenarkan, apa yang dibawa oleh Rasulullah SAW, terutama yang berkaitan dengan hal-hal Ghoib. Yang pertama Beriman kepada Allah. Yang ke dua beriman kepada malaikat-malaikat Allah SWT, semua selain Allah SWT mengikut kedalam ke Ghaib-an, Allah SWT tidak sendiri dibuat kitab-kitabnya/undang-undangnya untuk penyampaian undang-undangnya dibuat orang yang ngirimnya yaitu malaikat-malaikatnya, untuk sampai kepada tangan yang akan menyampaikan undang-undangnya di perlukan manusia-manusia yaitu Rasul-Rasul pilihanNya untuk menyampaikan undang-undang Allah SWT, kemudian setelah tau undang-undangnya Allah SWT maka Allah SWT katakan “ada batasan/ketentuan yang harus kalian percaya benar-benar baik/buruknya benar-benar dari Allah SWT dan hari akhir yang merupakan nanti tempat pengambilan balasan dari Allah SWT”. Ini semuanya daripada rukun iman Beriman kepada Allah SWT.Yang ke Tiga yaitu Beriman kepada kitab-kitab Allah SWT, ada yang mengatakan kitab-kitab Allah SWT berjumlah 104, ada juga yang mengatakan tidak terhitung, yang seratus diberikan kepada Sayyidina Ibrahim 60 lalu diberikan kepada Sayyidina Musa 30, kemudian diberikan kepada Sayyidina Daud, dan 4 nya di berikan lagi kepada Ulul Adzmi daripada Rasul-Rasul Allah SWT yaitu Zabur kepada Nabi Daud, Taurat kepada Nabi Musa, Injil kepda Nabi Isa, dan Al Qur’an kepada Rasulullah SAW itu yang wajib kita beriman dengannya, selain dari yang 4 ini kita wajib percaya tapi tidak wajib kita mengetahuinya, 104 daripada kitab Allah SWT yang dikatakan oleh para ulama kita. Yang ke Empat yaitu beriman kepada Rasul-RasulNya yang berjumlah ada yang mengatakan 314 ada yang mengatakan 315 ada yang mengatakan 313 tetapi yang wajib kita beriman kepadanya adalah 25 Rasul yang kita Hafal daripada Nabi Adam AS sampai dengan Rasulullah SAW. Yang ke Lima yaitu beriman kepada hari akhir, kenapa dinamakan hari akhir? Karena kita tidak ada lagi malam setelahnya, ini 2 maknanya yaitu penghabisan seluruh waktu Bumi kita, waktu hari kita atau penghabisan dari Ajal kita kalau sudah dipanggil sama Allah SWT maka sudah tidak ada lagi batasannya untuk menambah daripada umur kita. Ada kiamat Sugra (kecil), ada kiamat Kubra (besar) , kiamat yang kecil yaitu dengan kematian dan kiamat yang besar yaitu dengan datangnya hari pembangkitan dan pembalasan dari Allah SWT. Kemudian yang ke Enam yaitu beriman kepada tadkir Allah SWT, takdir baik maupun takdir buruk dari Allah SWT. Ke Enam Rukun ini merupakan Amal hati kita, amaliah hati kita selain kita harus percaya dengan Jin kita harus percaya dengan adanya Syaithon, percaya dengan tempat-tempat yang Ghaib yang Allah SWT sediakan, tapi ini semua yang Enam ini merupakan kewajiban Rukun kita untuk beriman kepada Allah SWT yang intinya ialah Beriman kepada Allah SWT, kalau kita beriman dengan Allah dengan Syahadat dengan hati kita maka kita baru dinamakan Mukmin kepada Allah SWT.

Mudah-mudahan Allah SWT berikan kekuatan keislaman kedalam diri kita, dimasukkan cahaya iman kedalam diri kita, sehingga kita terus meningkat kedudukan kita disisi Allah SWT (aammiin Yaa Robbal’alamiin).

Adhanallahu wa iyyakum ajmain

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Jalsatul Istnain Majelis Rasulullah SAW (majelisrasulullah.org)
Habib Ja’far Bin Baghir Alathos


Unknown

About Unknown

Author Description here.. Nulla sagittis convallis. Curabitur consequat. Quisque metus enim, venenatis fermentum, mollis in, porta et, nibh. Duis vulputate elit in elit. Mauris dictum libero id justo.

Subscribe to this Blog via Email :